Weekend Update

Hari ini diem di rumah karena mau nyuci, bersih2 rumah, masak untuk beberapa hari dan Skype sama Alia & Bapak Abink. Hasilnya? Nyuci beres.. Rumah bersih walaupun kurang sempurna, Belajar, dapet lah sedikit-sedikit.. Skype dan telpon SUkses!!

Seharian vIdeocall dua kali. Nelpon sampe 4 kali dan nggak cuma sebentar. Obrolan hari ini ditutup dengan dengerin Alia n Bapak Abink main jual-jualan dan sekolah-sekolahan. Dan, saya sukses bangga denger bapak Abink yang dengan sabar ngeladenin Alia main, dan bangga karena ALia udah pinter banget baca bukunya..

Ceritanya bapak ABink jadi muridnya, Alia jadi gurunya. Karena ini ceritanya waktu tidur siang untuk murid-murid, jadi gurunya bacain cerita di tempat tidur. Bapak Abink pilih cerita tentang princess Sofia untuk dibacain Alia. Ada yang lucu, pas Alia baca di bagian sofia bilang “I don’t know how to be myself and a princess at the same time“. ALia baca kata “know” nya pake dikasih huruf K jelas didepannya jadi kedengerannya kayak “kenow”. Pas dibenerin sama bapak Abink, dia bilang “itu kan di depannya da huruf K nya bapaaak…” Jadiah bapak Abink yang beralih peran jadi guru untuk menjelaskan ke anak kecil yang bahasa Inggrisnya udah mulai medok (tapi kita semua sayang) itu.

Baruuuu aja telpon ditutup tapi sayanya udah kangen lagi hehhehe…. Weekend depan kita ngobrol seharian lagi ya kk ALiaa… Aymisyu anak solehah-ku….

skype

Selamat Ulang Tahun Suamiku

Selamat Ulang Tahun Suamikuuu…

Terimakasih sudah jadi imam yang sabar, pengertian dan baik hati..

Terimakasih sudah jadi bapak yang penyayang..

Terimakasih selalu support dan kasih ijin aku untuk belajar terus..

Terimakasih untuk selalu nemenin Alia main dan belajar di rumah, berdoa bersama, bacain cerita sebelum tidur dan denger cerita-cerita dari gadis kecil kita,..

Terimakasih sudah merawat Alia waktu sakit..

Terimakasih untuk selalu bikin kami bangga..

Semoga Allah selalu melimpahkan kesehatan dan kebahagiaan dan keberkahan untukmu, terus menerangi jalan kita, menetapkan kita pada iman islam nya, menganugerahi kita anak yang soleh dan solehah dan menjadikan kita orangtua soleh dan solehah. Aamiin…

Terimakasih yang sangat special juga buat (ALmh)Mama Hannie, Bapak Roben dan Ibu Kunthi. Terimakasih sudah mendidik dan membesarkan sehingga sekarang jadi suami dan bapak yang soleh, baik hati dan membanggakan. Terimakasih banyak Mama, Bapak dan Ibu.. Dita & Alia tinggal menikmati ‘produk suksesnya’ 🙂

IMG_20140115_091007

Our 6th Anniversary

PhotoGrid_1387936209577

Tanggal 22 Desember kemarin tepat 6 tahun pernikahan kami. Selama 6 tahun ini kami memang selalu bikin sesuatu yang istimewa. Entah makan malam di luar, beli cake and tukeran kado, atau sekedar masak nasi kuning untuk dimakan bertiga.

Tahun ini kami punya rencana makan siang di luar, trus sore nya nitip Alia di rumah tante atau neneknya jadi kami bisa nonton berduaan. Tapi sehari sebelum hari H kami berubah pikiran. Kami memutuskan untuk seharian males-malesan di rumah, bobok siang ber-tiga, kruntelan di kasur, nemenin Alia main, ditambah ada acara ngasih kado kecil yang kali ini kado nya bertepuk sebelah tangan. Maksudnya, cuma bapak Abink doang yang dapet kado, sedangkan saya nggak dapett hahaha.. kado buat bapak Abink pun sebenernya dadakan, baru dibeli malem sebelumnya nya naik taksi berdua Alia.

Sorenya, pengen nyobain resto baru di Mall MOG tapi ternyata rame banget dan kami nggak dapet parkir. Akhirnya bapak Abink memutuskan untuk dinner di salah satu kopitiam yang lagi hits di Malang  tapi saya blom pernah ke sana. Pas lagi enak-enaknya makan, tiba-tiba bapak Abink mencetuskan ide brilian yang sempat terkubur. Katanya “Kita nonton Hobbit malem ini aja yuukk Alia nitip di tante atau di Mama” Setelah nge-cek jadwal film, telpon tante dan mama, akhirnya Alia setuju main di rumah mama dengan sogokan es krim kura-kura ninja. Akhirnya kami nonton the Hobbbit yang jam 8.30.

Anniversary tahun ini ditutup dengan not so nice supper di Mc D jam 12 tengah malam. Alhamdulillah….

Happy Anniversary my dear Husband, semoga Allah selalu melindungi keluarga kita sekarang dan selamanya. Aamiin…

Sepotong cerita belajar di New Zealand

Menyambung cerita pengalaman bersekolah Pak ABink di 3 Negara berbeda, sekarang Pak ABink mau sharing cerita mengenai sekolah di New Zealand. Sebenernya pengen cerita lebih banyak mengenai sekolah di Australia dan di Indonesia. Tapi karena dokumentasi photo tercecer entah dimana maka rasanya jadi kurang afdho. Jadi sekarang ceritanya yang di New Zealand dulu mumpung masih banyak yang diingat dan banyak photonya.

Cerita bersekolah di New Zealand ini diawali dari diterima nya Pak ABink jadi dosen di Universitas Brawijaya. Sebagai seorang dosen baru, Pak ABink sudah ditodong pihak fakultas untuk mempersiapkan diri bersekolah kejenjang yang lebih tinggi. Browsing sana browsing sini pingin hati sih ke Eropa. Alasannya sepela soalnya pengena jalan-jalan dan ngerasain hidup di Eropa secara sudah pernah tinggal di Australia sekitar 1.5 tahun.

aotearoa

Setelah ngobrol sana ngobrol sini plus browsing-browsing akhirnya tambatan hati jatuh kepada New Zealand. Kenapa New Zealand? alasannya sepele karena senior Pak ABink – Dr Irawanto sudah berangkat duluan untuk sekolah di New Zealand. Belio banyak bercerita mengenai menarik nya bersekolah di New Zealand.

Dari 8 Universitas yang menawarkan program Doctoral, Pak ABink memutuskan untuk mengirimkan surat aplikasi ke beberapa Universitas. Yang menjadi prioritas adalah University of Auckland secara ini adalah universitas terkemuka di dunia bukan saja di New Zealand. Apa dikata setelah menunggu sekitar 6 bulan surat lamaran S3 Pak ABink mendapat balasan sebuah penolakan. Alasannya adalah karena Master yang Pak ABink miliki adalah coursework yang tidak cukup untuk mengambil Ph.D.

Patah hati ditolak University of Auckland, Pak ABink tidak patah semangat. Setelah koresponden dengan potential supervisor, Pak ABink mengirimkan aplikasi ke tiga Universitas sekaligus. Yaitu Massey University, Waikato University dan Lincoln University. Yang paling cepat membalas adalah Waikato University. Waikato menyatakan akan menerima Pak Abink tetapi harus mengambil Postgraduate Certificate selama 2 semester sebelum dapat mengambil program Doctoral. Senada dengan Waikato University, MAssey University juga memberikan surat penerimaan. Tetapi dengan syarat Pak ABink harus mengambil Master Management tahun kedua sebelum diterima di program Doctoral. FYI di New Zealand program PHD itu fees nya adalah domestic fees. Karena harus menambah PG Cert dan Master di Waikato dan Massey maka untuk tahun pertama Pak ABink tidak eligible untuk domestic fees. Sehingga Pak ABink terpaksa menolak surat penerimaan tersebut.

Bagaimana dengan Lincoln University? Berbeda dengan Waikato dan Massey. Lincoln University memberikan surat penerimaan untuk Pak ABink. Juga dengan syarat. tetapi syarat nya cuma bridging 2 mata pelajaran. Dua mata pelajaran ini bias diambil secara bersama sama dengan program Doctoral dan Pak ABink eligible langsung untuk membayar domestic fees. Akhirnya dengan pertimbangan tersebut, maka Pak ABink menerina tawaran dari Lincoln University.

Lincoln University Canterbury
Lincoln University Canterbury

Setelah mendapat admission dari Lincoln University, muncul masalah kedua. Masalah tersebut adalah berkaitan dengan pendanaan. Akhirnya dengan mengucap Bismillah, pak ABink mendaftar ke program beasiswa DIKTI. Alhamdulillah akhirnya Pak ABink mendapatkan beasiswa tersebut.

Berbekal beasiswa DIKTI, Pak ABink berangkat ke New Zealand pada Agustus 2009. Pada saat itu Bu Abink dan Alia tidak langsung pergi bersama Pak ABink. Pertimbangan utama adalah alasan untuk Pak Abink beradaptasi dan mempelajari lingkungan secara langsung. Selain itu Alia masih berusia 6 bulan sehingga lebih baik menunggu hingga Alia berumur 1 tahun.

Bagi yang ingin bersekolah, Pak ABink sarankan jika membawa keluarga, maka berangkat sedniri terlebih dahulu baru ketika semua sudah settle maka undanglah keluarga untuk datang. Di masa “orientasi” tersebut Pak ABink tinggal di asrama mahasiswa self-catered yang namanya Crescent.

Crescent
Crescent

Di Crescent Pak ABink tinggal bersama dua orang Malaysia dan seorang Jerman. Selama masa orientasi tersebut Pak ABink sangat berterima kasih dengan seorang teman dari Indonesia yaitu Dr. Dessy Aliandrina karena belau selalu siap membantu dan berbagi dengan Pak ABink. Jadi serasa menemukan seorang saudara di tanah nun jauh tersebut.

Bersama dengan Dr. Dwi Suhartanto dan Dr. Dessy Aliandrina
Bersama dengan Dr. Dwi Suhartanto dan Dr. Dessy Aliandrina

Sedangkan untuk perkuliahan, di awal bulan pertama Pak Abink belajarnya nomaden. Seharusnya setiap Doctoral student mendapatkan work station lengkap. Tetapi karena pada saat Pak ABink tiba adalah pertengahan semester maka pada saat itu tidak ada work station kosong, sehingga Pak Abink ditempatkan di ruang bersama yang biasanya diisi mahasiswa tingkat Master.

Setelah beberapa minggu di Orchard Building (nama untuk ruang bersama) Pak Abink dipindahkan ke Printery (ruang khusus Doctoral student). Di Printery ini Pak Abink mendapatkan work station permanent.

Pak ABink at Printery
Pak ABink at Printery

Pada saat itu di Printery sudah ada 3 mahasiswa Indonesia lainnya. Yaitu Dr. Dessy Aliandrina, Dr. Dwi Suhartanto dan Dr. Ludia Wambraw. Sangat menyenangkan memiliki kawan-kawan seperjuangan dari Negara yang sama.

Diawal kedatangan Pak ABink di New Zealand, ada sebuah organisasi pelajar Indonesia yang namanya adalah PPIC (Perhimpunan Pelajar Indonesia Canterbury). Pada saat itu sedikit sekali mahasiswa yang mau bergabung dengan PPIC. Di tahun 2009 hanya sekitar 10 orang mahasiswa Indonesia yang bergabung dalam organisasi tersebut. Ditahun 2010, Pak Abink berkesempatan menjadi Ketua PPIC menggantikan Dr. Dodi Ariyanto yang menyelesaikan studinya.

7233_155450966882_2288857_n
PPIC 2009

Selama menjadi mahasiswa di New Zealand, Pak ABink banyak mengalami kejadian-kejadian luar biasa. Sebut saja gempa bumi. Tercatat selama 3.5 tahun di New Zealand, KeluargaHussein mengalami 3 kali gempa bumi yang cukup besar. Gempa pertama terjadi pada bulan puasa tahun 2010. Gempa tersebut sekitar 7.6SR dan terjadi pukul 4 pagi pada saat waktu sahur. Gempa kedua terjadi pada Bulan Februari 2011 dan yang terakhir pada Juli 2011. Untuk gempa pada Februari 2011 tersebut tercatat yang menyebabkan korban dan kerusakan terbesar. Hampir 90 orang menjadi korban dan kota Christchurch harus di tutup beberapa waktu.

Printery Setelah Gempa
Printery Setelah Gempa

Teringat pesan dari pemberi beasiswa jika selama kuliah karyasiswa diharapkan juga selalu membuka wawasan dan jaringan maka Pak ABink selalu aktif dalam kegiatan-kegiatan budaya. Salam satunya kegiatan rutin yang diikuti bersama PPIC adalah kegiatan Internasional Night yang rutin diadakan di Lincoln University. Acaranya biasanya terdiri dari cultural performance, pameran kebudayaan dan international dinner. Tim PPIC selalu aktif dalam kegiatan tersebut. Selain International Night banyak juga kegiatan-kegiatan kebudayaan lain yang Pak ABink ikuti seperti halnya Culture Galore dan Santa Parade.

International Night
International Night

Selama 3.5 tahun tinggal di New Zealand, KeluargaHussein menempati 3 rumah yang berbeda. Rumah merupakan salah satu tantangan tersendiri ketika kita tinggal di luar negeri. Mulai dari rumah yang tidak nyaman hingga harga sewa yang terlalu mahal. Pertama kali mendapatkan rumah Pak ABink sedang dalam kondisi terdesak. Hingga H-2 minggu sebelum kedatangan Alia dan Bu Abink, rumah belum didapatkan. Sehingga ketika ada yang menawarkan sebuah rumah yang sudah tua, besar dan mahal mau tidak mau Pak ABink ambil rumah tersebut. Beruntungnya tidak ada kontrak permanen sehingga jika ingin berhenti mengontrak cukup memberikan 3 minggu notice saja kepada owner nya. Dirumah tersebut, KeluargaHussein hanya tinggal selama 4 bulan. Ketika ada seorang kawan dari PNG yang pulang maka dengan antusias KeluargaHussein meng overtake rumah kawan tersebut. Kebetulan tetangga rumah tersebut adalah orang Indonesia juga yaitu Dr. Ludia dari Papua. Sehingga sangat menyenangkan punya tetangga berasal dari satu Negara. Dirumah kedua itu KeluargaHussein tidak tinggal terlalu lama-hanya sekitar 7 bulan. Karena setelah itu KeluargaHussein mendapatkan tawaran untuk tinggal dirumah yang dimiliki kampus. Rumah kampus ini berada dalam lingkungan kampus sehingga sangat dekat dengan office Pak ABink. Dengan banyak pertimbangan akhirnya KeluargaHussein pindah ke rumah kampus -ER01. DIsini kami tinggal hingga Pak ABink lulus.

ER01-Lincoln University
ER01-Lincoln University

Sebagai mahasiswa Doktoral, kurang afdol jika tidak diselingi dengan kegiatan-kegiatan akademis. Selama menjadi mahasiswa Doktoral Pak ABink aktif dalam kegiatan-kegiatan seminar baik menjadi peserta maupun menjadi pembicara. Sebagai pembicara Pak ABink selama kuliah tercatat tiga kali mengikuti conference. Yang pertama adalah Konferensi Pelajar Indonesia di Wellington.

Kongres Pelajar Indonesia Selandia Baru
Kongres Pelajar Indonesia Selandia Baru

Kemudian Pak ABink juga pernah ikut pada Konferensi Social Marketing yang diadakan oleh Australian Association Social Marketing di Griffith Brisbane dan juga Lincoln University Postgraduate conference.

Selain cerita akademik dan persahabatan, Pak Abink juga pernah mengalami kejadian mengerikan selama kuliah di New Zealand. Pada saat itu libur Waitangi Day. Dua hari setelah Pak ABink dinyatakan lulus Program Doktoral. KeluargaHussein ingin mengunjungi kawan yang juga tinggal di Lincoln. Dari arah Kota KeluargaHussein berkendara dengan kecepatan sedang. Di tikungan Birch Rd, seorang pengendara HD dengan kecepatan tinggi menabrak mobil keluargahussein. Sukur Alhamdulillah hanya Mobil Keluargahussein yang hancur lebur dan kaki Pak Abink retak. Alia dan Bu Abink selamat tanpa kekurangan apapun.

FBR 853 setelah kecelakaan
FBR 853 setelah kecelakaan

Dari sepenggal cerita tersebut, Pak Abink sangat banyak bersukur kepada Allah SWT karena berkat nikmat dan rejeki nya keluargahussein banyak mendapatkan pengalaman yang akan terkenang sepanjang masa.

3 Universitas dengan 3 rasa berbeda

Tidak terasa ternyata dalam 10 tahun terakhir ini Pak ABink sangat beruntung memiliki pengalaman untuk mencicipi belajar di 3 universitas yang berbeda dengan jenjang yang berbeda pula. Ketiga universitas itu adalah Universitas Brawijaya tempat Pak ABink menempuh pendidikan Sarjana bidang Ekonomi Manajemen kekhususan Manajemen keuangan, kemudian dilanjutkan pada University of Wollongong Australia untuk mengambil Master di bidang Commerce dengan kekhususan Strategic Marketing dan yang terakhir di Lincoln University Canterbury Selandia Baru untuk tingkat Doktoral (Ph.D) dibidang social marketing. Teringat obrolan dari seorang teman yang terinspirasi dari sebuah pilem bahwa jika kamera kita rusak, maka memori kita akan hilang maka tulislah kenangan tersebut agar dapat selalu dikenang dan diingat maka Pak ABink mencoba untuk menuangkan kembali ingatan-ingatan dari 10 tahun yang lalu tersebut.

Tahun 2001, Pak ABink lulus dari sekolah menengah umum disebuah SMU negeri di Kota Malang, yaitu SMUN 8 Malang. Layaknya anak-anak yang dilanda euphoria kelulusan, keberhasilan menyelesaikan pendidikan menengan atas tersebut pun Pak ABink tanggapi dengan suka cita dan penuh bahagia. Tetapi dibalik kebahagiaan tersebut terselip suatu kekhawatiran mengenai masa depan. Khususnya mengenai kemana kaki harus melangkah untuk menuntut ilmu lebih tinggi. Pada masa itu persaingan masuk perguruan tinggi negeri sangat ketat. Setiap tahun hanya 100-150 mahasiswa yang bias diterima di masing-masing jurusan pada universitas-universitas negeri terkemuka. Berbekal rasak khawatir tersebut Pak ABink mencoba untuk mendaftar di universitas-universitas swasta sebagai cadangan jika tidak dapat diterima di universitas negeri.

Selain universitas swasta, Kai Roben juga memberi saran jika mau Pak ABink bias bersekolah di luar negeri dimana Malaysia adalah yang paling memungkinkan. Pertimbangannya simple saja karena Malaysia relative dekat dan biayanya masih terjangkau. Dengan alas an tersebut Pak ABink dan Kai Roben pun berangkat ke salah satu universitas swasta di Malaysia yang berafiliasi dengan salah satu Universitas di Australia.

Formulir sudah ditangan dan sudah diisi. Tetapi setelah berkonsultasi dengan Mama Hannie akhirnya rencana brsekolah di Malaysia pun dibatalkan. Mama Hannie beralasan dan khawatir kalo Pak ABink sampai sekolah di Malaysia takutnya Pak ABink menikah dengan orang Malaysia dan nanti tidak mau kembali ke Indonesia. Sedikit mengada ada tapi sebagai anak maka pertimbangan orang tua harus di dengarkan.

Alhasil berbekal semangat ikut UMPTN Pak Abink berhasil diterima sebagai mahasiswa baru di Jurusan Manajemen Universitas Brawijaya. Seingat Pak ABink mahasiswa baru jurusan Manajemen pada saat itu hanya sekitar 120 orang dan di bagi kedalam 4 kelas. Yaitu kelas A, B, C dan D. Pembagian kelas tersebut berdasarkan NIM yang tak lain dan tak bukan berdasarkan urutan abjad nama awal mahasiswa.

Kelas A ini cukup solid dan kompak secara dari sekitar 35 mahasiswanya, mayoritas adalah laki-laki. Perempuan hanya sekitar 9 orang. Kesolidan kelas A ini secara umum bertahan hingga sekarang. Tetapi semenjak semester 5 ketika dimulai era konsentrasi maka kelas A mulai jarang berkumpul. Pada saat itu Pak ABink masuk konsentrasi Manajemen Keuangan.

Singkat cerita, masa-masa berkuliah di Universitas Brawijaya sangat menyenangkan. Pak ABink lumayan aktif dikegiatan kemahasiswaan khususnya di LSME (Lingkar Studi Mahasiswa Ekonomi). Dimasa kuliah inilah Pak Abink pertama kali bertemu dengan Ibu ABink. Jadi tercatat kami sudah berkenalan sejak tahun 2002. Waktu yang cukup lama untuk saling mengenal.

Di masa kuliah ini Pak Abink bukan mahasiswa yang sangat cemerlang walau harus disyukuri karena paling tidak Pak ABink lulus dengan predikat Cum Laude dan masa kuliah hanya 3 tahun 3 bulan (seperti nya Pak ABink merupakan lulusan pertama dari angkatan 2001).

Setelah lulus S1 sekitar bulan Desember 2004 dan Wisuda pada Februari 2005, Kai Roben menyuruh Pak ABink untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang S2. Kali ini Kai Roben menyuruh dan berketetapan hati untuk menyekolahkan Pak ABink ke luar negeri dan dari hasil survey yang paling terjangkau adalah universitas di Malaysia. Kembali Malaysia menjadi tujuan pendidikan. Sekitar Bulan Februari Pak ABink dan Kai Roben mensurvey universitas-universitas di Malaysia. Yang disurvey pada saat itu adalah University Malaya, Universiti Kebangsaan Malaysia dan University Putra Malaysia.

Yang menarik pada saat itu adalah ketika berkunjung ke UKM, Pak ABink bertemu dengan seorang dosen akuntansi UB yang kebetulan juga sedang mengambil S3 di UKM. ALhasil dikenalkannya lah Pak ABink dengan kawan belio yang juga seorang mahasiswa MBA di UKM. Banyak cerita dan pengalaman yang disampaikan kawan tersebut yang akhirnya dapat disimpulkan bahwa MBA di UKM (menurut belio) tidak recommended.

Tapi apa dinyana, karena kembali Malaysia adalah Negara dengan kualitas pendidikan yang baik dengan biaya terjangkau maka Pak ABink tetap mendaftar di program MBA pada UKM dan UM.

Sedikit berbeda dengan universitas-universitas di Indonesia, pendaftaran program S2 di Malaysia dibuka sepanjang tahun. Tetapi pengumumannya menjelang perkuliahan di mulai. Sehingga ketika bulan Maret mendaftar maka Pak ABink tidak mendapat jawaban diterima atau tidak.

Di masa penantian tersebut, Kai Roben terbayang-bayang akan komplainan dari kawan yang mengambil MBA di UKM tersebut. Sehingga Kai menyuruh Pak ABink untuk mencari informasi S2 di Australia. Singkat cerita Pak ABink tertarik dengan program S2 yang ditawarkan oleh University of Wollongong. Maka dengan penuh kesadaran Pak ABink mendaftar ke UOW melalui agen pendidikan di Kota Malang. Ada hal yang lucu dan menarik pada saat mendaftar tersebut. Jadi ketika mau mengurus administrasi pendaftaran, salah satu konselor dari agen tersebut menyampaikan bahwa Pak ABink harus menguruskan badan. Karena kalo terlalu gemuk bias tidak diberikan visa. Mendengar informasi tersebut, maka patah hati lah Pak Abink. Masak orang mau sekolah harus diet dulu. Kayak militer saja. Karena si konselor tersebut bersikukuh untuk Pak Abink berdiet maka Pak ABink mundur teratur. Mencari agen lainnya. Akhirnya dapat agen pendidikan lain di Kota Surabaya. Lewat agen tersebut, Pak ABink tidak perlu diet dan sampai juga di UOW.

Karena nilai bahasa inggris yang sangat kurang maka Pak ABink harus ikut ELICOS selama 10 minggu. ELICOS diadakan di Wollongong University College (WUC) yaitu sebuah college tempat menempuh program diploma atau kursus persiapan bahasa inggris. Di WUC ini Pak ABink bertemu dengan dua sahabat sependeritaan dan sepermainan yaitu Suluh dan Ginanjar. Di luar college kami selalu berajalan dan bermain bersama tetapi selama di college kami sepakat supaya Bahasa Inggris meningkat maka kami brteman juga dengan yang lain. Sangat seru kursus di WUC ini. Walau Pak ABink kuliah di Australia, tetapi rasanya seperti di Beijing. Karena hamper 70% mahasiswa WUC adalah Asian dan mayoritas adaah orang China.

Mahasiswa WUC dari China, Thailand dan indonesia
Di kampus WUC bersama kawan-kawan dari China dan Thailand

Selain Pak Abink, Suluh dan Ginanar, pada saat ini di WUC ada bebebrapa mahasiswa lain dari Indonesia. Yang Pak ABink ingat adalah Pak Madyan (dosen Unair), Pak Heru (dosen Polinema) dan Mirza (ini cewek dari Jakarta). Tidak ada yang sekelas pada saat itu kecuali Mirza dengan Pak Madyan.

Akhirnya setelah 10 minggu berkutat belajar Bahasa Inggris Pak ABink dkk dinyatakan lulus dan berhak untuk melanjutkan mengambil postgraduate. Pada saat itu Pak ABink memutuskan untuk mengambil Master Strategic Marketing. Pada awalnya Pak ABink sempat bimbang. Dari Indonesia memang maksud hati ingin mengambil pendidikan tersebut. tetapi ketika sudah di Australia dan bertemu dengan kawan-kawan dari China maka hati sempat goyah. Motivasi kawan-kawan dari China pada saat itu adalah untuk menjadi seorang permanent resident. Untuk mendapatkan PR mereka harus bersekolah Akuntansi dan program yang memungkinkan adalah mengambil Master Professional Akuntansi. Tetapi setelah berdiskusi dengan Kai Roben, maka Pak ABink dengan kebulatan tekad mengambil Master Strategic Marketing.

4590_83940481918_2360648_n
Lebaran Bersama Mirza, Suluh dan Mia

Dikelas Postgraduate ini banyak sekali yang Pak ABink pelajari. Baik dari sisi pelajaran marketing hingga masalah akademik lainnya seperti plagiarism, etos kerja hingga berpikir kritis. Disinilah tempat pertama kali Pak ABink diajarkan bagaimana melakukan suatu pemikiran kritis pada permasalahan-permasalahan pemasaran. Sangat menyenangkan sekali belajar di UOW. Lingkungan yang sangat mendukung hingga fasilitas yang sangat memadai.

Akhirnya dengan sagal kerja keras dan cucuran keringat serta doa yang tak pernah berhenti pada Agustus 2006 Pak Abink berhasil diwisuda dengan gelar Master of Strategic Marketing. Tapi oleh DIKTI disetarakan dengan gelar Master of Commerce (Strategic Marketing).

Graduation with Migo from China
Graduation with Migo from China

Setelah lulus dari Wollongong, Pak ABink kembali ketanah air dan mengabdi di Universitas Brawijaya sebagai pengajar. Kurang dari 3 tahun mengabdi sebagai dosen, Pak ABink kembali berkesempatan untuk bersekolah kembali. Kali ini pilihan untuk bersekolah adalah New Zealand. Dari delapan Universitas negeri yang menawarkan program Doktoral, akhirnya Pak ABink memilih Lincoln University sebagai tempat menuntut ilmu

Lincoln University
Lincoln Univesity

Lincoln University ini bukan Universitas besar. Jumlah mahasiswa nya sekitar 4000 orang berasal dari 130 Negara yang berbeda (menurut marketingnya). Untuk program Doktoral ilmu bisnis dan manajemen saja mahasiswa yang terdaftar berasal dari beragam Negara seperti New Zealand, Brazil, Vietnam, Pakistan, Indonesia, Malaysia, Thailand, PNG, Sri Lanka, India dan sebagainya.

Ibu ABink bersama Doctoral Student dari Berbagai Negara
Ibu ABink bersama Doctoral Student dari Berbagai Negara

Study Doctoral di Lincoln University sangat menyenangkan. Iklim New Zealand yang sejuk ditambah dengan segar nya udara Lincoln membuat pikiran semakin terbuka. Gedung-gedung perkuliahan yang menawan menambah semangat untuk belajar.

Ivy Hall - Lincoln University Library
Ivy Hall – Lincoln University Library

Akhirnya setelah berhasil submit thesis pada bulan Oktober 2012, Pak ABink mempertahankan thesis pada bulan Februari 2013. Untuk ujian thesis secara lengkap bias di baca pada postingan pak Abink di kolom kompasiana. Akhirnya setelah ujian dan revisi Pak ABink resmi dinyatakan sebagai seorang Doctor dengan gelar Ph.D (Doctor of Philosphy).

Pak ABink Ph.D Thesis
Pak ABink Ph.D Thesis

Lengkap sudah perjalanan akademik formal Pak ABink. Penuh puji syukur selalu Pak ABink ucapkan ke Allah yang maha pengasih karena berkat Nya Allah perjalanan akademik yang panjang tersebut bias dilalui. Pengalaman di 3 universitas ini benar-benar memberikan warna pada pandangan hidup dan akademik dari Pak ABink. Semoga hal ini dapat menjadi hal yang bermanfaat bagi Pak ABink dan KeluargaHussein.

Cerita Mudik #1

Nggak terasa udah kurang beberapa hari lagi aja saya mau mudiik 🙂 Packing-packing udah dicicil dari beberapa minggu yang lalu, sekarang mulai angkat2 barang yang mau disimpen di ofis dan simpen-simpen barang yang mau ditinggal di NZ nitip di rumah temen. Repot…. padahal cuma sendiri dan barang nggak begitu banyak…

Jadi inget 7 bulan yang lalu, waktu kita seeluarga boyongan pulang ke Malang. Setelah kurang lebih 3,5 tahun tinggal di NZ, ternyata barang kami banyaaakkk….. packing pun lamaaaaa nggak selasai-selasai. Masukin koper, bongkar lagi, masukin lagi, timbang lagi.. Hasilnya kita bawa 3 koper besar, ditambah 2 tas kecil, plus foto berbingkai 40×40 cm, dan satu airfryer.. Ribet, tapi sayang juga kan kalo baggage allowance yang 30 kg per orang itu nggak dimaksimalkan hehehe…

Di Christchurch Airport sesaat sebelum berangkat
Di Christchurch Airport sesaat sebelum berangkat
Nggak tau deh ini Alia lagi nunjuk apa.. kok keliatan exited banget :)
Nggak tau deh ini Alia lagi nunjuk apa.. kok keliatan excited banget 🙂

Waktu itu kami berencana singgah di Singapore untuk jalan-jalan dan ketemuan sama Kai Nini-nya ALia. 72 jam sebelum terbang kami check in lewat internet. Penerbangan Christchurch-Singapore berhasil check-in. Tapiii pas kita mau check in penerbangan Singapore-Surabaya sistemnya bilang nggak bisa check in, harus hubungi agen atau check in langsung di Bandara. ALhamdulillah kami memutuskan untuk pergi ke agen tempat kami beli tiket besok paginya. Setelah di  liat sama pak Agennya, ternyata bapak Abink nggak boleh masuk Singapore  karena  expired date paspornyanya kurang dari 6 bulan…  Dasar kami ceroboh (dan orang agennya juga nggak ngingetin), kami nggak nge-cek kalo ternyata pasport nya Bapak Abink bakal habis sebelum 6 bulan. PANIK…. karena kami harus terbang besok paginya, hotel di SIngapore udah dibooking untuk 2 hari dan udah janjian sama Kai-Nininya Alia. Akhirnya, diputuskan bapak Abink nggak bakalan tinggal di Singapore, dan langsung naik pesawat ke Surabaya. Sementara saya, Alia, kai, nini bersenang-senang dulu di Singapore. Walaupun waktu itu Alia masih jet lag, kebangun tengah malem dan baru tidur lagi jam 10 pagi di dalem taksi atau di tempat makan 🙂

Singapore
Singapore

Dari Singapore ke Surabaya pun, saya dan Alia cuma ber dua aja karena kai-nini beli pesawat yang berangkat lebih awal. Jadi, setelah nganter Kai Nini di depan hotel, saya dan Alia masih sempat jajan-jajan gorengan dan rujak trus ngadem lagi di kamar hotel. Alia bahkan sempet bobok siang dulu. Ke Changi naik taksi berdua Alia dengan satu tas koper besar yang beratnya sekitar 30kg. Padahal sebagian barang udah di titip ke kai – nini looh… Sampe pak sopirnya bilang “kamu pasti belanja banyak ya di SIngapore.. Koper kamu berat banget” hehehhe belum tau dia kalo koper itu isinya barang2 kita dari NZ 🙂 Perjalanan Singapore-Surabaya lancar, Alia seneng banget main2 di bandara, ngoceeeh terus nggak berhenti ngomong (ini karena dia ngantuk tapi masih seneng main).

Sampai di Surabaya, kami nginep lagi semalem baru besok pagi nya pulang ke Malang. Sampai di Malang, selain happy kembali kerumah ketemu mama papa dan sodara-sodara, ternyata masih banyakk harus di urusin, terutama soal sekolah Alia. Si anak kecil solehah ini ngotot banget pengen cepet2 sekolah, sedangkan ibu-bapaknya agak2 rewel soal milih sekolah yang dirasa cocok dan sesuai kebutuhan. Cerita soal pilih-pilih sekolah Alia, inshaaAllah nanti bakal diceritain juga…

Maap yaa buat yang baca blog ini, cerita-nya mudur ke 7 bulan lalu… Mumpung lagi sempat nulis, biar jadi kenang-kenangan kami juga 🙂

Mencicipi Christchurch Hospital #2

Seperti yang sudah diceritakan di sini bahwa selama 3.5 tahun di New Zealand pak Abink sudah mencicipi CHristchurch hospital sebanyak 2 kali.. Pertama karena operasi empedu, dan yang kedua karena kecelakaan. Detil kejadiannya sudah diceritakan di sini dan di sini.

Jadi pas kejadian itu, kami bertiga dibawa ke hospital dengan ambulance. Terus terang, itu pertama kali saya naik ambulance. Di dalam ambulance, Pak ABink yang banyak di cek ini itu, di rawat luka di kepalanya, sampe dipasang penopang leher untuk tindakan preventif.

Sampai di RS, kami di minta menunggu beberapa saat lumayan lama.. Katanya, di hari libur waitangi day memang lagi banyak kecelakaan karena banyak orang keluar rumah, pesta dan mabuk. Setalah kami dialokasikan satu bilik untuk pemeriksaan, dokter akhirnya datang untuk periksa kami ber tiga. Bapak Abink tentunya diperiksa paling detail berkaitan dengan kakinya dan juga di ambil darah nya untuk tes alkohol. Sepertinya basic prosedur kalo ada kecelakaan, pasti di tes alkohol. Saat itu karena kami yakin nggak salah dan bapak Abink sama sekali nggak dalam pengaruh alkohol, jadi ya santai aja ketika diminta tes alkohol. Cukup lama kami menunggu di bilik kecil itu, belum juga ada kejelasan apakah kami boleh pulang atau harus ada tindakan lanjutan.

Sementara menunggu, kami didatangi seseorang yang memperkenalkan diri dari organisasi victim supportBeliau bilang tugasnya di situ adalah untuk mensupport kami sebagai korban di kecelakaan itu. Supportnya bisa dalam berbagai bantuk, dari pendampingan sampai memastikan bahwa kami sampai rumah lagi dengan selamat. Nice yaaa… disaat kami dapat musibah di negeri orang, ternyata ada orang “asing” yang juga peduli dengan kami.

Lepas makan malam (mereka menyediakan makan malam untuk kami juga), barulah bapak Abink di rontgen kakinya dan dipindahkan ke ruang perawatan khusus tulang. Di sana dokter bilang kalau bapak Abink harus tinggal di RS sementara saya dan Alia boleh pulang.  Waktu itu, bapak dari victim support sudah menawarkan untuk mengantar saya dan Alia pulang. Tapi, karena masih trauma dg kejadian kecelakaan itu dan ada perasaan takut dengan orang asing maka bapak Abink memutuskan untuk menelepon seorang teman Indonesia yang akhirnya datang ke rumah sakit dan mengantar saya dan Alia pulang malam itu.

Long story short- Bapak abink harus di gips selama 6 minggu dan itu merubah banyak hal.. Bapak Abink harus beajar pakai tongkat, jalan dengan 1 kaki untuk sementara, nggak ada mobil kemana-mana naik bis, harus menunda rencana kepulangan kami, menghanguskan tiket PP Christchurch-Wellington yang sudah dibeli, membatalkan rencana jalan2 seputar Christchurch dan saya waktu itu jadi sangat melankolis (sedih tiba-tiba, nangis tanpa sebab yg jelas dan jadi over protektif).

Tapiiii….. banyak hikmah yang bisa kami dapat juga dari kejadian ini. Alia jadi hepiii naik bis tiap hari ke sekolah, jadi sering play date sama temen sekolahnya, jadi punya waktu yg lebih lama di rumah secara bapak Abink nggak bisa kemana-mana juga.. Trus, yang bikin hepi dan terharu, banyaaakkkk banget temen2 internasional kami yang datang menawarkan batuan. 1-2 minggu awal, adaaa aja yang datang bawa makanan, menawarkan untuk antar-jemput alia, bahkan untuk kontrol ke dokter ada satu teman (ibu nya teman sekolah Alia) yang selalu siap sedia mengantar dan menunggu sampai proses kontrol selesai. Support dari teman-teman Indonesia juga semakin bikin kami kuat. Ada keluarga mb Achie n Mas Endro yang datang ke rumah tiaap hari untuk sekedar nemenin kami ngobrol sementara Alia main dengan Alisya, putri cantik mereka.. Ada Kelg mb Hesti & mas Pandu yang siap dititipin belanjaan.. dan banyaak lagi teman2 yang nggak bisa disebut satu-satu disini.. Alhamdulillah kami dikelilingi orang-orang baik 🙂

Mudah-mudahan ini terakhir kalinya kami mencicipi CHristchurch Hospital kalau christchurch woman hospital?? masih pikir-pikir dulu  🙂

Jalan sama ALia tiap pagi lewat lapangan ini
Jalan berangkat sekolah sama ALia tiap pagi lewat lapangan ini
Selwyn star bus yang setia..
Nunggu bis sepulang sekolah
Alia, Bapak Abink, Alisya
Alia & Alisya
Alia & Alisya
Taman-teman main ke rumah untuk menghibur Alia :)
Taman-teman main ke rumah untuk menghibur Alia 🙂
Alia & JiaoJiao
Alia & JiaoJiao, main di halaman rumah

IMG-20130221-WA0004

Mencicipi Christchurch Hospital #1

Yang namanya sakit dan masuk rumah sakit itu pasti tidak enak. Apa lagi ditambah dengan harus menjalani operasi baik mayor atau minor. Selama tinggal di New Zealand, Bapak ABink sudah 2x masuk rumah sakit.

Ditahun 2011 yang lalu Pak Abink harus menginap tiga hari dua malam di Christchurch Hospital karena harus menjalani operasi pengangkatan empedu.

Operasi empedu Pak Abink ini benar-benar tidak diduga sebelumnya. Kejadiannya bermula dari hari Minggu tanggal delapan Mei yang lalu ketika Keluarga Hussein mengajak Mama Niek dan Bubub jalan-jalan ke Tekapo. Jalan-jalan ini benar-benar tidak direncanakan mengingat cuaca yang tidak menentu. Jadi ketika pagi harinya cuaca cerah KeluargaHussein seketika langsung merencanakan untuk piknik di Tekapo. Alhasil, tidak ada persiapan baik fisik dan mental serta sarana dan prasarana.

Biasanya kalo ke Tekapo maka perlu menginap karena jarak nya PP sekitar 450 KM. Tetapi karena tidak ada persiapan maka jarak 450KM ditempuh dalam waktu satu hari. Dari berangkat pukul 9.30am hingga sampai kembali dirumah sekitar pukul 8pm, Pak Abink masih sehat dan segar. Tidak ada tanda-tanda sakit. Tetapi pada saat tidur, perut Pak Abink sudh terasa tidak nyaman. Nafas agak sesak. Wah ini tanda tanda Mag nya Pak Abink kumat seperti biasanya. Analisa sementara memang Maag karena Pak Abink harus menyetir sepanjang 450KM di jalan berkelok-kelok ditambah karena agak kemalaman maka jalan berkabut dan mencekam. Untuk doping nya Pak Abink mengkonsumsi energy drink macam red bull dan beberapa gelas kopi. Benr-benar klop deh sebagai penyebab penyakit Maag.

Nah Pada Minggu malam tersebut karena perut sudah tidak enak maka Pak Abink minta Acran dari Bu Abink. Setelah minum sebiji Acran perut sudah mulai bisa kompromi hingga keesokan harinya. Hari Senin pun tidak ada masalah. Pak Abink ke kampus seperti biasanya. Belajar dan menjaga ujian. Tapi pada sore harinya ketika mau pulang perut sebelah kanan Pak Abink sakit sekali seperti ditusuk benda tumpul. Bada terasa dingin dan susah untuk bersendawa. Wah Pak ABink langsung curiga. Ini Maag kok sakit sekali. Sampai dirumah langsung minum Acran dan ponstan. Tujuannya untuk menghilangkan rasa nyeri. Minum Acran dan Ponstan lumayan membantu. Sekitar jam 10pm rasa sakit nya mulai berkurang. Sehingga Pak Abink bisa beristirahat dengan nyaman. Tetapi ketika bangun di Pagi harinya. Perut kembali tidak nyaman. Pak Abink terpaksa membatalkan jadwal meeting dengan supervisor. Praktis selama hari harus tinggal dirumah. Acran beberapa kali diminum, tetapi sampai sore tidak menunjukkan hasil. Bu Abink menyarankan untuk segera ke GP untuk minta obat. Tapi Pak Abink mau menunggu hingga esok harinya jika masih sakit. Dengan asumsi penyakit yang mengganggu ini adalah Maag.

Pada malam harinya perut semakin sakit. Semakin nyeri. Sehingga sekitar jam 2am Pak Abink minta Bu Abink untuk diantarkan ke emergency nya Christchurch Hospital. Untung nya saat itu Mama Niek dan Bubub sedang liburan di New Zealand, jadi ketika harus ke RS di pagi bta ada yang menemani Alia di rumah.

Sampai di Emergency, setelah menunggu sebentar, akhirnya di panggil masuk untuk diperiksa, diambil darah, periksa jantung (ECG) dan blood pressure. Hasil ECG dan blood preasurenya baik jadi sedikit tenang buka serangan jantung atau stroke. Kemudian nurse memberika beberapa pain killer. Rasa sakit tetap masih dirasakan. Akhirnya dokter datang sekitar pukul 5am. Dokter datang sambil membawa hasil tes darah. Waktu datang dokter langsung memeriksa perut bagian kanan Pak Abink yang sakit. Kemudian setelah selesai memeriksa, dokter bilang kalo Empedu Pak Abink ada batunya dan harus di ambil. Kalo tidak bisa infeksi dan tersumbat maka akan menyebabkan gangguan kesehatan yang lebih serius.

Waktu di suruh operasi, Pak Abink langsung melancarkan usaha negosiasi. Tapi tidak berhasil. Setelah diskusi panjang lebar dengan dokter, diputuskan untuk melakukan USG. Untuk memastikan perlu tidak nya operasi.

Sambil menunggu giliran USG, Pak Abink dipindah dari emergency department ke Ward 16. Ward 16 itu ruang rawat inap bagi pasien. Satu kamar berisikan enam orang. Mirip bangsal yang ada di Indonesia. Tapi jauh lebih bersih dan nyaman. Sambil menunggu, rupanya pain killer nya mulai bereaksi, rasa sakit mulai berkurang dan Pak Abink sudah mulai bisa tidur. Karena sudah mulai bisa beristirahat, Bu Abink balik dulu kerumah. Karena Alia dirumah sama mama dan bubub.

Sekitar jam 9 an, Pak Abink mendapat giliran USG dan hasil USG memang menyimpulkan bahwa harus dilakukan operasi. Oleh dokter ditanyakan apakah Pak ABink eligible dengan NZ health system? Karena bukan resident maka Pak ABink tidak eligible. Tetapi karena international student maka Pak Abink di jamin oleh asuransi. Segera staff rumah sakit mengurus asuransi. Sekitar jam 3 sore staff tersebut mengabarkan bahwa asuransi mengcover seluruh biaya operasi dan operasi bisa segera dilakukan. Tetapi karena hingga malam hari ternyata “theatre” untuk operasinya penuh maka operasi di tunda hingga keeseokan harinya.

hospital1

Keesokan harinya, sekitar pukul 11 pagi operasi dilakukan. Ada bu Abink dan Bubub yang menemani di rumah sakit, walaupun tidak boleh masuk ke ruang operasi. ALhamdulillah operasi berjalan lancar. Setelah sadar kembali, pak Abink dibawa kembali ke ruang perawatan. Luka operasi hanya berbentuk 3 sayatan kecil di perut. Keesokan harinya, Pak Abink sudah diperbolehkan pulang.

hospital2

Banyak pelajaran yang kami ambil dari pengalaman ini. Sakit, masuk rumah sakit memang tidak menyenangkan. Tapi kita harus bisa mengambil hikmah dari kejadian itu. Saat itu ALhamdulillah ada Mama dan Bubub di NZ, Alhamdulillah kami di cover asuransi, jadi tidak harus bayar apapun. Bahkan kontrol ke dokter pasca operasi pun gratis dan sejak saat itu kami jadi lebih peduli kesehatan.

with Bubub
with Bubub

Preparation makes perfect

Sebenarnya Pak ABink sudah memiliki blog yang dipersiapkan untuk menjadi kumpulan-kumpulan tulisan berkaitan dengan parenting dan pendidikan anak berdasarkan pengalaman Pank ABink bersama Alia. Tetapi karena tulisan-tulisan nya di “serobot” Bu ABink untuk di posting disini, jadi untuk efisiensi waktu dan tempat maka sejak hari ini akan ber transmigrasi ke blog ini.

Masih tentang pengalaman parenting, ada hal menarik yang ingin Pak ABink share sebagai catatan dimasa depan. Hal menarik tersebut adalah “preparation makes perfect”. Banyak yang akan bilang jika memang persiapan akan menghasilkan suatu kesempurnaan. Semakin lama persiapan semakin sempurna pula hasilnya. Dalam interaksi dengan Alia, pola ini pun sukses Pak ABink terapkan.

Yang pertama adalah ketika Bu ABink harus kembali ke New Zealand sendirian dan ALia tinggal bersama Pak ABink di Indonesia. Sudah hampir sejak 6 bulan sebelumnya Pak ABink dan Bu ABink mempersiapkan ALia. Hampir disetiap kesempatan yang “memungkinkan” hal tersebut disampaikan ke Alia. Pertama-tama memang terjadi penolakan dari Alia. Tetapi setelah diulang berkali-kali, dilibatkan dan perencanaan dan diberi penjelasan, maka penolakan tersebut berkurang sedikit demi sedikit. Tetapi  dalam rangka persiapan ini harus ada seni khusus. Karena bagaimana pun anak berumur 4 tahun (pada saat itu) belum memiliki kemampuan pemrosesan emosional sebaik orang dewasa. Jadi teringat pesan salah satu pakar pendidikan bahwa bagi anak rumus nya adalah yang penting nyaman/enak. Mereka belum sampai di tahap butuh. Jadi bagaimana pun dalam usaha menyampaikan pesan, harus melihat waktu, kondisi dan situasi. Dengan persiapan yang cukup lama, hasilnya pun memuaskan. Ketika Bu ABink berangkat ke Niu Zieland, Alia tidak menangis sedikit pun. ALia cuma dadah dadah bye bye. Dan kalo sekarang ditanyai pun dengan santai akan di jawab Ibu di Lincoln (baca: New Zealand) lagi belajar supaya pintar bisa ngajarin Alia.

Contoh kedua adalah ketika Pak ABink harus datang ke resepsi kawinan anak Kolega Pak ABink di Surabaya. Sudah sejak 3-4 hari sebelumnya, PAk Abink sounding ke ALia kalau hari Sabtu daddy dan Alia mau ke Surabaya. Alia harus nice. Harus salim kalo ketemu temannya Daddy, ga ada acara gendong dan ga rewel. Hampir dsetiap kesempatan yang memungkinkan pesan tersebut Pak ABink  sampaikan. Yang terjadi seperti yang diharapkan. Ketika acara berlangsung, Alia begitu nice. Cantik, pintar, sopan dan tenang. Luar biasa anak ku.

Sebenarnya banyak contoh-contoh lainnya. Tapi dari situ Pak ABink coba menyimpulkan, bahwa sebenarnya berdamai dengan anak umur 4 tahun itu tidak susah. Senangkan hatinya dan sampaikan pesan yang kita inginkan maka si dia akan tau apa yang harus dilakukan sesuai dengan harapan kita. Yang juga tak kalah penting prinsp “marketing” atau teori social exchange itu juga dapat diterapkan. Jika kita menjual maka harus ada tawaran supaya jualan kita di beli. Tawaran tidak selalu kebendaan atau moneter. Tawaran bias berupa pujian, janji untuk bermain bersama, membacakan buku, atau hal-hal lain yang membangun.

20130616_204311

Salam,

Daddy ABink

Berdamai Dengan Otak Reptil

Sering kali jika Alia menginginkan sesuatu dan keinginannya tersebut tidak dipenuhi maka akan mengamuk. Situasi ini juga pasti sering dirasakan oleh para orang tua yang lain. Apa yang lazim nya dilakukan oleh para orang tua jika si kecil sedang mengamuk?

Yang pertama kali dilakukan adalah menjelaskan dengan sabar tentang kenapa keinginannya tidak dikabulkan. Apakah berhasil? Hampir separo lebih orang tua akan gagal menenangkan si kecil. Jika gagal dan si anak tetap mengamuk dan menangis, apa yang akan terjadi? Orang tua akan pindah ke fase kedua yaitu terpancing emosinya dan memarahi si anak.

Jika orang tua sudah terpancing emosinya dengan memarahi anak, apa yang akan terjadi? Menjadi diam kah si anak? Jawabannya adalah anak akan semakin kencang menangisnya. Apakah ini menyelesaikan masalah? Bisa dikatakan tidak. Jika anak diam karena di marahi, itu terjadi karena anak takut dengan orang tua. Perasaan takut ini jika dilakukan berulang kali akan mengacaukan pola interaksi anak dan orang tua.

Saya pun pertama kali jika Alia sudah ngamuk dan menangis karena keinginannya tidak terpenuhi maka saya akan menjalankan langkah 1 dan 2. Hasilnya Alia tetap menangis, saya ikut marah dan suasana menjadi tidak nyaman.

Dari sebuah seminar mengenai pendidikan anak, saya berkenalan dengan yang namanya otak reptil. Saya tidak tahu secara ilmiah apa yang dimaksud dengan otak reptile ini. Tapi menurut pakar parenting yang saya ikuti diskusinya otak reptile itu adalah situasi otak ketika seseorang sedang terbawa emosi.

Nah dalam kondisi otak reptile ini anak anak atau bahkan orang dewasa tidak akan mampu memproses informasi yang didapat. Pada kondisi ini yang diperlukan adalah pelepasan emosi dan energy. Masing-masing individu pelepasan emosi ini berbeda beda. Tapi yang pasti tidak akan dalam jangka waktu yang lama.

Jadi ketika si kecil sedang dikuasai oleh otak reptile, maka yang harus dilakukan oleh orang tua adalah mendiamkan saja dan tidak terpancing. Pada situasi ini walaupun dijelaskan anak tidak akan mampu memproses informasi yang diberikan.

Sering kali muncul pertanan berikutnya. Kadang ketika marah si anak berbuat kasar dan menjurus membahayakan diri sendiri atau orang lain. Misalnya memukul mukul kepala, memukul orang lain sampai membanting atau membuang barang yang ada disekitarnya. Jika sudah sampai pada taraf ini berdasarkan pengalaman saya dengan Alia, yang perlu dilakukan adalah jauhkan si kecil dari benda benda yang berbahaya. Jika dirasa masih membahayakan yang perlu dilakukan adalah menahan atau memegang tangan atau badan. Peluk yang kencang. Biasanya si kecil akan meronta ronta. Walaupun memegang atau memeluk usahakan jangan sampau menyakiti. Pegang beberapa saat, tapi jangan perhatikan. Kita cuma perlu diam.

Jika amarah dan emosi sudah mulai mereda, maka mulailah ajak bicara. Biasanya jika emosi sudah mereda maka anak akan sangat mudah diajak berbicara. Ajak si kecil berbicara hati ke hati. Jelaskan kepadanya kenapa kita melarang atau tidak mengabulkan keinginannya.

Kesimpulannya adalah, ketika anak sedang mengamuk dan emosi maka otak reptile yang bekerja. Otak reptile tidak akan bisa memproses informasi apa saja. Maka sebagai orang tua maka kitalah yang harus menguasai situasi.

Selamat belajar bersama anak-anak!!

Salam,
Bapak Abink