Aceh Trip 2018

Seperti nya sudah lama blog keluargahussein ini kosong tidak ada tulisan baru. Kawan-kawan blogger lainnya pun juga sudah lama tidak kami sapa dan kunjungi. Semua itu karena banyaknya urusan dan pekerjaan yang harus kami hadapi di kantor, dirumah maupun di lingkungan perumahan. Intinya dunia sekolah dan dunia nyata itu berbeda.

Salah satu bentuk kesibukan yang Pak ABink hadapi adalah trip ke Aceh pada 2-6 Oktober 2018. Mungkin kalo cuma membaca title nya trip ke Aceh, kayak nya enak betul jalan-jalan ke Aceh. Ya kalo dibuat enak ya enak dibuat sebagai kerja ya kerja. Kali ini trip Pak ABink ke Aceh dalam ranga ikut serta dalam seminar Roundtable Indonesia Entrepreneurship Educators (RIEE) ke 6. Ceritanya Pak ABink di ajak Ketua Jurusan untuk masukkan paper sebagai bagian dari hibah Penelitian Dasar Unggulan Perguruan Tinggi (PDUPT) yang Pak ABink dapatkan. Sekalian presentasi sekaligus jalan-jalan ke Aceh. Kalo tidak ada seminar kayaknya berat deh trip ke Aceh itu…. berat di ongkos maksud nya.

Oke, sekarang Pak ABink mau berbagi sedikit pengalaman trip ke Aceh. Kali ini trip ke Aceh dimulai dari Malang. Pak ABink naik Garuda Indonesia dari Malang menuju Jakarta. Pesawat Garuda yang Pak ABink tumpangi berangkat pukul 13.10 WIB dari Malang menuju Jakarta. Di Jakarta kami (Pak ABink berangkat dengan 5 orang kawan) transit selama 2.45 menit dan kemudian melanjutkan penerbangan pukul 17.50. Di Jakarta kami bertemu dengan rombongan dari Universitas Negeri Malang dan juga Universitas Islam Indonesia yag juga akan ke Aceh untuk mengikuti RIEE. Penerbangan Jakarta – Aceh memakan waktu sekitar 2 jam 50 menit.

Landing di Aceh kami di sambut kawan-kawan lama. Salah satunya adalah alumni PDIM UB yang sering ikut pelatihan PLS nya Pak ABink dan seorang lagi teman S3 nya salah satu anggota rombongan waktu S3 Di Malaysia. Setelah barang terkumpul, kami langsung meinggalkan bandara untuk mampir sebentar di warkop “Sareng Kupi” yang cukup terkenal. Sareng Kupi adanya di Pasar Lambaro Kape, JL Aceh-Medan.

 

 

Setelah ngopi, ngobrol dan makan Mie Goreng Aceh yang melegenda itu, rombongan kami diantarkan ke Hotel. Kami dari Malang sudah booked di Mekkah Hotel. Hotel yang cukup terkenal. Lokasinya pun cukup strategis. Dekat dengan Masjid Oman dan RSUD Banda Aceh.

Hari kedua, kami dedikasikan untuk mengikuti seminar RIEE. Pukul 08:00 kami sudah siap karena akan di jemput oleh alumni PDIM UB. Kami dijemput pukul 08:30 dan diantarkan ke arena seminar di gedung pasca sarjana Unsyiah. Jarak dari Hotel Mekkah ke Unsyiah tidak terlalu jauh sekitar 20 menit. Jalanan di Banda Aceh lumayan padat di pagi hari walaupun tidak sepadat jalan Soekarno-Hatta di Kota Malang ataupun kemacetan luar biasa di Jakarta.

Setelah registrasi, kami memasuki ruangan seminar yang ternyata baru saja dimulai. Kami disambut dengan tari saman khas Aceh yang terkenal itu.

tari saman.jpeg

Setelah dibuka dengan sambutan-sambutan yang cukup panjang, acara dilanjutkan dengan pidato dari narasumber utama (keynote speaker). Kebetulan sesi presentasi kami adalah keesokan harinya. Sehingga setelah sesi makan siang, kami sepakat untuk jalan-jalan seputar Kota Banda Aceh. Untuk memudahkan transportasi, kami menyewa sebuah mobil.

Setelah makan siang dan kembali ke Hotel untuk mengambil mobil, jalan-jalan kami dimulai dengan mencari toko souvenir. Dari info sana sini akhirnya kami tiba di toko souvenir Pusaka. Toko ini cukup besar dan lengkap. Kita bisa membeli oleh-oleh khas Aceh di toko tersebut sepertihalnya kopiah khas Aceh, aneka bordiran, aneka kaos dan songket khas Aceh. Di toko itu kita juga bisa membeli anek makanan seperti halnya dendeng, kopi Gayo yang tersehor itu ataupun camilan-camilan khas Aceh lainnya.

Puas dengan membeli souvenir untuk orang terkasih di rumah, kami lanjut ke salah satu situs Tsunami Aceh yaitu monumen kapal Tanker PLTD yang terdampar diperkampungan warga dengan jarak hampir 5 km dari laut.

PLTDSerem juga ya, kapal tanker segede itu bisa hanyu 5 KM dari laut hingga keperumahan warga, FYI, setelah gempa 9.xx SR di tahun 2004, kota Banda Aceh dilanda Tsunami yang tingginya bervariasi dimulai dari 18m sampai yang terendah 2,5m. DI Kota Banda Aceh saja yang meninggal tidak kurang dari 40.000 jiwa.

Jika sudah sampai di serambi mekkah, maka jangan lupa untuk mengunjungi Masjid Baiturrahman yang megah nan mempesona. Kami menyempatkan diri untuk solat magrib di mesjid tersebut. Besar, luar dan megah itulah kesan saya ketika solat di masjid tersebut. Semoga dikedepannya saya bisa juga solat di masjidil haram….amin….

Mesjid

Sehabis solat Magrib, kami kembali ke Hotel untuk beristirahat karena keesokan harinya kami harus mempresentasikan makalah.

Hari ketiga seharian penuh kami dedikasikan untuk mengikuti seminar. Seminar diadakan mulai pagi hingga sore hari.

presentasirieeSetelah presentasi karena masih ada waktu, kami sempatin jalan-jalan ke museum Tsunami. Secara umum bangunannya yang di desain Pak Rk cukup keren. Tetapi koleksi dan penataaan dalam nya kurang dramatis. Mungkin pengelola bisa melakukan benchmark dengan museum bom atom di Hiroshima.

Hari keempat kami full main-main. Seharian kami putar Aceh. Di pagi hari kami antar Ketua Jurusan ke bandara karena beliau harus ke Jakarta untuk mengajar. Setelah mengantar Ketua Jurusan, kami langsung ke Pantai Lampuuk.

pantai aceh

Dari pantai Lampuuk kami lanjut ke salah peninggalan sejarah penting yaitu rumah Cut Nyak Dhien. Rumah tersebut adalah replika karena rumah asli telah dibakar oleh Belanda.

rumah CND

Bagi yang senang akan sejarah, berkunjung ke rumah Cut Nyak Dhien sangat menyenangkan. Kita bisa house tour ditemani guide lokal yang akan menjelskan ruangan-ruangan serta artefak-artefak yang ada dirumah tersebut.

Pemberhentian terakhir kami dihari keempat adalah Monumen Kapal yang tersangkut di atap rumah warga. Kapal ini aslinya sedang berada di dock yang letak nya sekitar 2 km dari rumah tersebut. Pada saat Tsunami terjadi petugas kapal sedang tidur. Petugas tersebut terbangun ketika mendengar ramai-ramai dan ternyata kapal nya sudah tersangkut di atap rumah.

monumen tsunami.jpeg

Hari kelima kami balik ke Malang. Perjalanan cukup panjang karena dari Banda Aceh kami harus transit di Soekarno-Hatta dan lanjut transit di Surabaya. Dari Surabaya ke Malang melalui jalan darat.

Leave a comment